Peran Penyuluh dalam Mempromosikan Sistem Pertanian Terintegrasi Berkelanjutan di Yogyakarta
Adhitya Pratama Putra
18/427717/PN/15497
Pada
tahun 2007, BAPPENAS (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) mengidentifikasi
isu terkait terhambatnya perkembangan pertanian di Indonesia. Adapun masalah
yang terpendam adalah terbatasnya sumber daya dan infrastruktur, masih
kurangnya pengetahuan dan transfer teknologi, partisipasi yang kurang dari
petani, serta pemasaran pertanian yang masih tidak efisien. Sebenarnya masalah
pada sektor pertanian secara umum dapat diatasi dengan menerapkan sistem
pertanian yang terintegrasi.
Sistem
pertanian terintegrasi sudah pernah diterapkan di Indonesia melalui pendekatan
model dalam mengintegrasikan pertanian maupun peternakan. Prinsip sistem
pertanian terintegrasi sebenarnya adalah hasil dari proses transfer teknologi
dalam sistem penyuluhan pertanian. Transfer teknologi tersebut merupakan adalah
proses transmisi informasi yang dimulai dengan dilakukannya riset, dan berakhir
ke para petani melalui tahap-tahap konsultasi, dimana para penyuluh memiliki
peran yang sangat penting dalam proses transfer teknologi ini. Ada tiga faktor
yang esensial dalam keberhasilan transfer informasi, yaitu dengan akses menuju
informasi yang baik, sifat kepemimpinan seorang penyuluh, dan tanggapan yang
positif dari penyuluh terkait konsep dari sistem pertanian terintegrasi
tersebut.
Penyuluhan
pertanian sebenarnya bisa didefinisikan sebagai suatu cara untuk mengasistensi
petani agar dapat mengidentifikasi dan menyadari suatu masalah yang ada di
dalam pertanian dan peluang untuk memperluas bisnis pertanian tersebut.
Penyuluhan pertanian sangat penting dalam praktiknya karena hasil riset
pertanian dapat langsung diaplikasikan kepada para petani.
Secara
umum, transfer teknologi dan penyuluhan pertanian di Indonesia untuk saat ini
masih belum dapat berjalan dengan tempo yang sama. Hal tersebut dikarenakan
masih kurang kuatnya hubungan antara penyuluhan dengan riset yang selama ini
dilakukan sehingga penyuluhan di Indonesia belum dapat dikatakan efektif.
Adapun hubungan antara penyuluhan dan riset dikatakan baik tergantung dari
efisiensi internal dari riset maupun penyuluhan itu sendiri, orientasi dari
pihak riset dan penyuluhan, mekanisme struktur, dan kebutuhan sumber daya dalam
riset dan penyuluhan. Sistem pertanian terintegrasi sudah diterapkan oleh
banyakpetani
di berbagai dunia dengan model yang bervariasi. Hal ini terjadi karena sistem
pertanian konvensional dianggap bermasalah dari segi ekonomis.
Sistem
pertanian terintegrasi memiliki dua komponen dasar, yaitu sosioekonomi dan
komponen biofisika. Kedua komponen terkait satu sama lain dan membentuk siklus
yang berputar. Penyuluh yang baik dapat mengerti konsep dari sistem pertanian
terintegrasi. Peran penyuluh adalah fasilitator bagi para petani, sehingga
penyuluh dapat dikatakan sebagai “agent of change” dalam pertanian.
Suatu program penyuluhan yang baik adalah ketika petani semakin percaya dengan
penyuluhnya sehingga potensi sumber daya manusia dapat lebih dioptimalkan.
Penyuluh juga harus mempunyai akses informasi yang baik.
Reference:
Putra, Raden Ahmad
Romadhoni Surya dan Fransiskus Trisakti Hayadi, 2017, Role of
extension workers in
promoting integrated farming system sustainability in Yogyakarta,
Indonesia, Proceeding of
the 1st International Conference on Tropical Agriculture, 231-242
Komentar
Posting Komentar